Daerah

Opini: Antara Aceh Merdeka, Bendera Bintang Bulan, dan Mereka yang Menikmati Luka Rakyat

7
×

Opini: Antara Aceh Merdeka, Bendera Bintang Bulan, dan Mereka yang Menikmati Luka Rakyat

Sebarkan artikel ini
Opini: Antara Aceh Merdeka, Bendera Bintang Bulan, dan Mereka yang Menikmati Luka Rakyat

Hotnews.web.id.Aceh Timur_Aceh adalah tanah yang pernah berdiri dengan kepala tegak di hadapan dunia. Tanah yang pernah mengumandangkan kata merdeka dengan darah dan air mata. Bendera Bintang Bulan berkibar sebagai simbol harga diri, pengorbanan, dan perlawanan terhadap ketidakadilan.

Namun, setelah perdamaian ditandatangani, semangat perjuangan itu perlahan kehilangan arah. Bendera yang dahulu menjadi simbol persatuan kini justru terbelah oleh kepentingan politik. Partai yang lahir dari rahim perjuangan kini berubah wajah menjadi panggung perebutan kekuasaan. Yang dulu berjuang dengan senjata, kini bertarung dengan ambisi dan kepentingan pribadi.

Rakyat Aceh, yang seharusnya menjadi penerima hasil dari perjuangan panjang itu, kini kembali menjadi penonton. Kemakmuran yang dijanjikan hanya tinggal kata-kata dalam pidato. Dana otonomi, kekayaan alam, dan proyek-proyek besar justru lebih sering dinikmati segelintir elit politik. Sementara rakyat kecil masih bergelut dengan kemiskinan, pendidikan yang terbatas, dan pekerjaan yang tak pasti.

Ironisnya, sebagian pihak masih berbicara tentang marwah Aceh, padahal tangan mereka sendiri yang merobek martabat perjuangan itu. Mereka yang menikmati kemewahan di atas penderitaan rakyat seolah lupa bahwa darah yang dulu tumpah bukan untuk membangun istana pribadi, melainkan untuk menegakkan keadilan bagi semua.

Kini rakyat Aceh kembali bertanya: Apakah perjuangan itu hanya untuk mengganti seragam kekuasaan? Apakah bendera Bintang Bulan masih bermakna perjuangan, atau hanya simbol untuk kepentingan politik lima tahunan?

Aceh tidak butuh orang yang berteriak lantang tentang perjuangan, tapi butuh pemimpin yang memahami makna penderitaan rakyat. Butuh mereka yang mau bekerja, bukan sekadar mengibarkan simbol. Karena Aceh yang sesungguhnya bukan tentang bendera di tiang, tetapi tentang keadilan yang hidup di hati rakyatnya. Ujar Hendrik selaku pemerhati dan pemersatu Bangsa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *