Hotnews.web.id – Lebak – Ironi kembali tersaji di jantung pemerintahan Kabupaten Lebak. Hanya berjarak sekitar 500 meter dari Kantor Bupati dan DPRD Lebak, seorang ibu bernama Rukiyah bersama enam anaknya harus bertahan hidup di rumah reyot yang hampir roboh.

Rumah berukuran kecil dan pengap itu menjadi saksi perjuangan hidup keluarga miskin tersebut selama hampir sepuluh tahun. Suami Ibu Rukiyah bekerja sebagai pemulung di wilayah Rangkasbitung, sementara satu dari enam anaknya mengalami gangguan jiwa dan menempati dapur sempit di rumah tersebut.
Melihat kondisi memprihatinkan itu, Forum Warga Bersatu (Forwatu) Banten turun langsung melakukan aksi sosial pada peringatan Hari Pahlawan Nasional, Senin (10/11/2025). Aksi ini sekaligus menjadi bentuk kritik terbuka terhadap pemerintah daerah yang selama ini menggaungkan slogan “Lebak Ruhay” — namun kenyataannya, masih banyak warga hidup dalam keterpurukan di sekitar pusat pemerintahan.
Presidium Forwatu Banten, Arwan, S.Pd., M.Si., menilai kondisi Ibu Rukiyah menjadi potret buram dari realitas sosial yang kerap tertutup oleh retorika pembangunan.
> “Kami datang bukan hanya membawa bantuan, tapi membawa nurani. Di balik kemegahan kantor pemerintahan yang berdiri gagah, masih ada rumah nyaris roboh yang dihuni tujuh jiwa. Ini bukan sekadar kemiskinan — ini tamparan bagi siapapun yang merasa Lebak sudah ‘ruhay’,” tegas Arwan, S.Pd., M.Si.
Dalam kunjungan itu, Forwatu Banten memberikan bantuan sembako dan sejumlah uang tunai sebagai bentuk kepedulian awal. Namun, Arwan menegaskan, aksi ini bukan sekadar kegiatan sosial biasa, melainkan panggilan moral agar pejabat pemerintah membuka mata terhadap penderitaan rakyatnya.
> “Kami mencari pahlawan untuk Ibu Rukiyah. Siapapun yang tergerak hatinya, termasuk Bupati Lebak, kami doakan menjadi pahlawan sejati — bukan hanya di upacara, tapi dalam tindakan nyata,” ujarnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Bidang Sosial Kemasyarakatan Forwatu Banten, Gatot Supriono, menyampaikan bahwa pihaknya akan menindaklanjuti temuan ini dengan langkah administratif.
> “Kami akan buat laporan resmi dan surat permohonan kepada kelurahan, kecamatan, hingga Baznas atau Kesra Kabupaten Lebak. Kondisi seperti ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut,” tegas Gatot.
Kegiatan sosial itu ditutup dengan penyerahan bantuan secara simbolis oleh Bendahara Forwatu Banten, disambut haru oleh Ibu Rukiyah yang tampak menitikkan air mata.
> “Terima kasih Pak, semoga bantuan ini jadi awal kebaikan. Saya berharap pemerintah juga bisa bantu memperbaiki rumah kami,” ucapnya dengan suara lirih.
Aksi Forwatu Banten ini menjadi refleksi keras di tengah euforia pembangunan yang dikampanyekan pemerintah. Di balik slogan Lebak Ruhay, masih ada warga yang menunggu sentuhan nyata — bahkan dari rumah yang hampir roboh, hanya sepelemparan batu dari kursi kekuasaan. (Red)











